Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 25 Oktober 2010

Karakter Remaja (part 2)

Remaja Muslim yang Unik

            SC yang dimiliki oleh seorang remaja muslim, yaitu memiliki kecenderungan untuk ta’at kepada Allah, dan keta’atan itu sangat tergantung kepada usaha-usaha yang kita lakukan untuk mewujudkannya. Maka  apa bedanya dengan remaja non-Muslim yang lain – yang apabila mereka ditanya akan ke-Imanan-nya kepada Allah, mereka akan menjawab : “ Saya percaya dan yakin bahwa Allah itu memang ada”. Lantas, dengan kepercayaan dan keyakinannya tersebut, mereka nggak jauh beda dong dengan kita-kita ?
Allah berfirman dalam surah Al Baqarah (2) ayat 62 :

 “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin (orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Seorang Yahudi, Nasrani, ataupun Shabiin pasti akan merasa senang setelah membaca ayat ini. Mereka ternyata diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa memperoleh pahala dari Allah subhana wa ta’ala, ya….. cukup dengan beriman kepada Allah, hari akhirat, serta beramal sholeh saja.


Ada kekeliruan mereka dalam mengartikan dan memaknai ayat ini. Berbicara tentang keimanan kepada Allah, berarti kita akan berbicara dengan 3K , yaitu:                    
Keimanan kepada Rububiyah Allah,
                        Keimanan kepada uluhiyah Allah,
                                    Keimanan kepada Asma wal Sifat

             Keimanan kepada Rububiyah Allah
            Maksudnya, meyakini bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatunya (alam semesta beserta seluruh isinya), Allah yang memberi rizki semua manusia, binatang, dan makhluk lainnya, serta Allah pula yang menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Allah berfirman dalam surah Az Zumar (39) ayat 62, dan surah   Hud (11) ayat 6 :

 “Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu.”

 “ Dan tidak ada suatu binatang melata ( seluruh makhluk Allah yang bernyawa ) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam ( tulang sulbi/dunia ) binatang itu dan tempat penyimpanannya ( rahim/akhirat ). semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
            Keimanan Rububiyah adalah keimanan semua orang dan tidak ada satu orang dari ummat mana pun yang menyangkal hal ini, termasuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin.


Keimanan kepada Uluhiyah Allah
            Maksudnya, setelah meyakini bahwa Allah yang menciptakan, Allah yang memberi rizki, serta Allah pula yang menguasai dan mengatur segala sesuatunya, maka keyakinan itu harus dibuktikan melalui perbuatan, dan perbuatan inilah yang menjadi Indikator bahwa seseorang telah mentauhidkan, mengEsakan, dan mengImani Uluhiyah Allah.  Adapun perbuatan yang disyari’atkan adalah berdo’a, bernadzar, berkurban, berharap (raja’), takut (rahbah), tawakkal, senang (raghbah), dan bertaubat (inabah).

             Keimanan kepada Asma wal Al sifat Allah
            Maksudnya, meyakini bahwa Allah subhana wa ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat khusus sebagai satu-satunya sang Pencipta, pemberi rizki, serta penguasa dan pengatur seluruh alam semesta beserta seluruh isinya termasuk manusia, tumbuhan dan binatang, dan tidak ada sesuatu pun yang bisa menyerupai nama dan sifat tersebut.   
Allah subhana wa ta’ala berfirman dalam surah Asy Syuura (42) ayat 11 :

 “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.”
Dari penjelasan di atas dapat kita bedakan antara remaja Muslim dengan remaja non- Muslim, yaitu meskipun mereka (non-Muslim) meyakini akan adanya Allah, tetapi mereka tidak membuktikan keyakinannya tersebut melalui perbuatan-perbuatan, atau dengan kata lain, meskipun mereka berIman kepada rububiyah Allah, tetapi mereka tidak berIman kepada Uluhiyah dan Asma wal Sifat Allah subhana wa ta’ala seperti halnya dengan kita.
            Sebagai seorang remaja muslim yang telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah subhana wa ta’ala dan nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka dialah yang seharusnya pertama kali mewujudkan Self Character (SC) tersebut.
           
            Dengan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain allah, maka hal-hal yang sangat menonjol adalah meng_esakan Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun. Jika kita sudah meyakini hal tersebut, maka sudah sewajarnya juga kita meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dengan segala perangkat (bodyware) yang kita miliki, plus dengan aturan-aturan yang Allah berikan kepada kita, dalam rangka mewujudkan keta’atan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain, untuk mewujudkan Self Character. Self Character, Bodyware, dan The Rule adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Self Character akan terwujud apabila Rule-nya kita patuhi, dan Bodyware adalah perangkat yang dapat kita gunakan untuk mematuhi Rule tersebut. Agar loe mudah memahaminya, gue akn berikan gambaran Ilustrasi singkat.
Hari ini loe mau ke Sekolah, sekolah ini adalah tujuan loe. Untuk sampai ke sekolah, loe harus melewati jalan poros yang jaraknya kurang lebih 10 KM, Jalan poros yang jaraknya 10 KM ini adalah Rule-nya. Dan Alat atau Bodyware yang digunakan adalah Angkutan kota, motor, mobil, dll.
Untuk sampai ke tingkat Ta’at kepada Allah SWT, loe harus melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan, dan untuk melaksanakan perintah tersebut, loe bias menggunakan BodyWare yang telah Allah berikan.

Self Character
·        Ta’at kepada Allah.
·        Beribadah kepada Allah.
·        Beramal Shaleh, dll.

Rule-nya
·        Al Qur’an.
·        Al Hadits atau As Sunnah
·        Ijma’, Qiyas

BodyWare-nya
·        Hati (Spirituality)
·        Ilmu pengetahuan (Intelectuality)
·        Jasmani (Mentality)

Rilis Ghiffary (Jangan Pernah Menyalahkan Cinta,  Karena Cinta Tak Pernah Salah)

Senin, 11 Oktober 2010

Karakter Remaja (part 1)

Bagi suatu bangsa, remaja yang memiliki karakter yang kuat merupakan aset yang sangat berharga.

            Bagi  kamu yang ngaku remaja, pengetahuan akan karakter diri (self character) adalah suatu hal yang sangat mendasar yang harus diketahui. Namun demikian, self character (SC) ini sering dilupain and disalah pahami, akibatnya kamu semua sering salah dalam memandang and mem-posisikan diri di tengah-tengah keluarga apalagi di masyarakat atau lingkungan.

            Sebagian dari remaja, ada yang betul-betul ingin menikmati masa remaja mereka dengan bersenang-senang sesuai dengan apa yang diinginkan – mengingat bahwa hidup ini Cuma sekali – maka kata mereka, nikmatilah hidup ini dengan bersenang-senang (nge-Dugem, ke Pub, bilyard, and de el el), kita semua pada lupa sama SC tadi. Akan tetapi pada kenyataannya, kita nggak nemuin bahwa kita bisa nikmatin hidup sebagaimana yang kita inginkan. But, justru kita dihadapkan pada suatu kenyataan yang betul-betul nyata bahwa kita diamanahi oleh Allah SC (self character) tadi, dan di Akhirat nanti, bakal dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah Allah titipin ama kita waktu di Dunia ini.  

            Kalo emang benar hal ini terjadi sama kita, maka saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kita akan mengalami perasaan kecewa yang luar biasa dahsyatnya, melebihi kekecewaan kita ketika kita nggak dapat uang saku setahun. Kekecewaan…?? Ya, kekecewaan yang kita rasain karena nggak bisa nikmati hidup seperti apa yang diinginkan.

            Sebenarnya, kekecewaan itu muncul karena suatu kesalahan yang sangat fundamental, yaitu, kita ngga bisa ngeliat, ngemaknain, dan nerapin self character (SC) kita itu.

            Self character ini adalah sebuah potensi yang diberikan oleh Allah atau saya sebut sebagai potensi Ilahi yang diberikan kepada kita semua sebagai manusia, khususnya remaja. Potensi yang berupa self character ini dapat terus diusahakan agar tetap terwujud dalam diri kita untuk mencapai suatu titik yang merupakan titik puncak dari tercapainya suatu kebahagiaan yang sebenarnya (The True Happiness), yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. SC ini sudah ada dalam diri kita semenjak kita lahir sampai pada batas maksimum usaha kita untuk mewujudkannya.

            Self character itu, adalah kita selalu memiliki kecenderungan untuk selalu ta’at kepada Allah, karena memang pada dasarnya kita semua terlahir dalam keadaan fitrah, yaitu suci atau ta’at kepada Allah, hanya saja terkadang dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan sehingga kita menjauh dari fitrah atau ke-ta’atan itu.

            SC (self character atau kecenderungan untuk selalu ta’at kepada Allah) ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan usaha kita. Semakin besar usaha yang kita lakukan untuk menta’ati-nya, maka semakin besar pula peluang bagi kita untuk berada dalam keta’atan, dan begitu juga sebaliknya. 

            Kalau memang Allah menciptakan kita untuk senantiasa ta’at kepadanya, mengapa Self Character ini sangat dipengaruhi oleh usaha manusia ?
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman dalam surah Al Anbiyaa’ (21) ayat 23 :

 “ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.”

Ayat di atas merupakan sindiran Allah kepada kita. Sangat tidak pantas bagi kita untuk menanyai Allah tentang apa yang dia perbuat kepada kita. Bagi seorang remaja yang mengaku beriman kepada Allah, maka sudah pastilah dia tidak akan mengajukan pertanyaan di atas. Why ? Karena hal itu merupakan “Tata Krama” atau “Etika” kita kepada Allah. Remaja mukmin harus mengetahui wilayah apa saja yang seharusnya dia pahami dan tidak. Dan jika ada remaja mukmin yang bertanya tentang hal di atas, maka dialah yang dimaksudkan Allah dalam surah Al Baqarah (2) ayat 9 dan 14 :
 “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
 “………………………… kami hanyalah berolok-olok."

Mereka yang bertanya adalah mereka yang hanya ingin menipu dan mengolok-olok Allah dan orang-orang beriman lainnya.

            Itulah karakter seorang remaja Muslim. Ini adalah sesuatu yang sudah menjadi garis hidup (khittah) yang telah Allah gariskan.

to be continued...................

Rilis Ghiffary
(Jangan Pernah Menyalahkan Cinta, Karena Cinta Tak Pernah Salah)

Jumat, 01 Oktober 2010

Aku dan "Mereka" (episode 1)

Setiap kali masuk bulan Oktober, aku selalu teringat sesuatu. Hari dimana aku meninggalkan kota kelahiranku, kota “M”. Hijrah. Berharap mendapatkan perubahan ke arah yang lebih baik. Ya, sekarang aku menetap di kota “B”. Bagi sebagian orang mungkin merasa berat untuk meninggalkan kota kelahiran mereka dan menetap di sebuah kota baru - asing. Tapi bagi aku, ini adalah bagian dari episode kehidupanku yang mau tidak mau harus aku lakoni. Meninggalkan teman - sahabat, tetangga dan masih banyak lagi kenangan-kenangan manis sedari kecil. “Mereka” seolah menahan kedua kaki ini untuk melangkah pergi.

“Kami akan tetap menahanmu”.
“Aku juga tak ingin, tapi HARUS”, jawabku dengan nada suara berat.

Setelah dua puluh tahun lebih aku bersama, sekarang aku harus meninggalkan “mereka”. Berat, tapi HARUS. Banyak kenangan yang kalau aku mengingatnya, aku kadang tertawa dan menangis. Kenangan tentang pertama kalinya aku mencuri, tentang penentangan ibu dengan hobby-ku, kisah “cinta monyet”ku dan masih banyak lagi. Banyak.

Waktu itu aku masih duduk di Kelas 3 SD, aku mengenal cinta. Gadis kecil itu bernama “S”. Inilah yang aku maksud dengan “cinta monyet”. Tapi sampai sekarang aku tak tahu kenapa orang-orang (meng) istilah (kan) cinta anak-anak ingusan dengan istilah itu. Bagiku, cintaku waktu itu adalah “cinta tanpa defenisi”.

Setiap hari, aku selalu bersemangat ke sekolah. “Semangat 45”. Aku tak mau memakai seragam sekolah bila kusut. Berlama-lama di depan cermin. Ya, sungguh tak biasa. Mulai dari rumah sampai ke sekolah, aku cuma ingat dia. “Kira-kira hari ini dia masuk sekolah apa tidak ya?”, bertanya dalam hati. Rasanya, semangat belajar ini menurun  kalau sehari saja tidak melihat wajahnya. Yang paling aku suka sih melihat rambutnya yang panjangnya tidak melewati bahunya. Gak tahu kenapa aku suka aja dengan itu.

Hal ini terus berlanjut sampai akhirnya kami tamat SD.


To be Continued. . .


Salam Cinta,

Rilis Ghiffary
(Jangan Pernah Menyalahkan Cinta, karena Cinta tak Pernah Salah)